Laman


Selasa, 28 Mei 2013

Keutamaan Ahli Ilmu

Seorang ulama besar di kalangan tabi’in sekaligus muhaddits bernama Imam Ayub Kaysan as-Sakhtiyani al-Bashri (w 131 H), sebagaimana pernah dituturkan oleh muridnya, Hammad bin Zaid mengisahkan, suatu saat pernah ditanya, “Ilmu hari ini lebih banyak atau lebih sedikit?” Ia menjawab,  “Hari ini obrolan lebih banyak! Adapun sebelum sebelum hari ini, ilmu lebih banyak.” (Al-Hafidz al-Fasawi, Al-Ma’rifah wa at-Tarikh, II/232).

Jika pada masa tabi’in saja Imam Ayub menilai bahwa obrolan lebih banyak daripada ilmu, bagaimana dengan zaman ini? Jawabannya sudah sama-sama diketahui hanya dengan melihat realitas keseharian saat ini. Hari ini, misalnya, majelis-majelis ilmu selalu lebih sedikit daripada ‘majelis-majelis’ hiburan dan permainan, warung-warung kopi sekaligus tempat-tempat ngerumpi, tempat-tempat nongkrong di pinggir-pinggir jalan atau di mal-mal, dll. Orang-orang yang hadir di majelis-majelis ilmu pun selalu lebih sedikit dibandingkan dengan mereka yang hadir di tempat-tempat keramaian lainnya, seperti di panggung-panggung hiburan yang menampilkan para musisi dan artis idola. Wajarlah jika pada hari ini jumlah umat Islam yang awam atau bodoh terhadap agamanya selalu jauh lebih banyak daripada orang-orang alimnya. Padahal kebanyakan mereka tahu bahwa menuntut ilmu adalah kewajiban setiap Muslim, sama seperti kewajiban individual lainnya seperti shalat, shaum Ramadhan, dll. Nabi Muhammad SAW  bersabda, “Menuntut ilmu adalah kewajiban atas setiap Muslim.” (HR  Ibnu  Majah dari Anas ra).

Taat Islam

01. samar betul bagi kita masa depan yang dijelang anak-anak | apakah di masa depan ia masih taat Islam atau berontak

02. kita jalani Islam dengan penuh ketaatan | namun tiada jaminan pada keturunan

03. walau pada masa kecil anak kita dengan Islam sudah terbiasa | di masa depan akan banyak waktunya diajar teman bukan orangtua

04. mendidik anak di zaman ini benar mengkhawatirkan | disaat dosa dan maksiat menjadi bagian hidup dan kewajaran

05. maka kita takjub dengan ibu yang melalaikan saat anak bertumbuh | padahal itulah saatnya dia belajar agama pada ibunya secara penuh

06. uang takkan pernah ada cukupnya | masa perkembangan anak tiada gantinya

07. dengan beribu alasan peran ibu mulai hilang terganti | digantikan oleh pembantu yang dengan agama tidak mengerti?

08. sementara wanita berbangga dengan berapa banyak pnghasilan dirinya | mencoba mencari eksistensi diri dari uang yang tidak seberapa

09. "lalu bila tidak bekerja untuk apa tinggi bersekolah?" | inilah pemahaman salah kaprah pangkal dari generasi musibah

10. justru diperlukan ibu berpendidikan tinggi | untuk mendidik anak-anak agar ranggi

11. jangan berpikir seolah sayang bila pendidikan tinggi | hanya untuk mendidik anak dan rumah tangga ia dipakai

12. seolah-olah ibu rumah tangga pekerjaan tanpa perlu pengetahuan | padahal jadi ibu adalah pekerjaan sulit penuh tantangan

Islam

01. bukan mati yang harus engkau khawatirkan | bukan pula hidup yang harus engkau risaukan

02. khawatirlah jika hidup tanpa ada hal yang bernilai | risaulah bila mati tanpa sesuatu yang diyakini

03. bagaimanapun hidup bukan dinilai dari lamanya | tapi mati selalu dinilai dari bagaimananya

04. lahir hidup di dunia bukan pilihan | cara meninggalkan dunia itu pilihan

05. kita dilahirkan tanpa ada membawa sesuatu | jangan sampai pula tidak meninggalkan sesuatu

06. Islam mengajarkan kita mengingat selalu kematian | agar kita menyadari bahwa setiap awal pasti akan berakhir

07. maka kita beruntung tatkala mengingat akan ada akhir hidup | dengannya kita tiada menjalani hari dan waktu dengan sia-sia

08. aku belajar dan membaca agar umur orang lain berguna bagiku | dan aku menulis agar orang lain mengambil manfaat atas umurku

09. hidup memang penuh dengan misteri | bersyukurlah dengan yang tak pasti

10. karenanya kurangkai larik-larik pembebasan | dan kususun bait-bait perjuangan

10. tak tahu pasti kapan mati | menyadarkan hidup itu bernilai

Yuk Berhijab

1. #YukBerhijab karena ia akan mengikat pahala yang terserak | dan menjadikannya utuh saat bertemu Allah kelak

2. jangan karena berbuka aurat kita merugi dua kali lipat | pertama di dunia yang dekat dan kedua di masa akhirat

3. jangan datang satu masa saat kita terbangun di hari kiamat | di kiri dan kanan kita amal menghilang lenyap karena maksiat

4. kita pikir sudah siapkan pahala shalat, umrah, haji, sedekah dan puasa | namun di waktu kita paling perlukan ia tiada bersisa

5. bertanyalah kita kemanakah pahala pergi menghilang? | tak sadar aurat yang belum dihijab menjadi dalang

6. shalat punya pahala dimakan tampaknya paha, sedekah habis dibakar leher terbuka | tidak tinggal amal shaum kecuali lapar dahaga

Jumat, 24 Mei 2013

Sakaratul Maut

Dahsyatnya Rasa Sakit Saat Sakaratul Maut
Sabda Rasulullah SAW : “Sakaratul maut itu sakitnya sama dengan tusukan tiga ratus pedang” (HR Tirmidzi)
Sabda Rasulullah SAW : “Kematian yang paling ringan ibarat sebatang pohon penuh duri yang menancap di selembar kain sutera. Apakah batang pohon duri itu dapat diambil tanpa membawa serta bagian kain sutera yang tersobek ?” (HR Bukhari)
Atsar (pendapat) para sahabat Rasulullah SAW .
Ka’b al-Ahbar berpendapat : “Sakaratul maut ibarat sebatang pohon berduri yang dimasukkan kedalam perut seseorang. Lalu, seorang lelaki menariknya dengan sekuat-kuatnya sehingga ranting itupun membawa semua bagian tubuh yang menyangkut padanya dan meninggalkan yang tersisa”.
Imam Ghozali berpendapat : “Rasa sakit yang dirasakan selama sakaratul maut menghujam jiwa dan menyebar ke seluruh anggota tubuh sehingga bagian orang yang sedang sekarat merasakan dirinya ditarik-tarik dan dicerabut dari setiap urat nadi, urat syaraf, persendian, dari setiap akar rambut dan kulit kepala hingga kaki”.
Imam Ghozali juga mengutip suatu riwayat ketika sekelompok Bani Israil yang sedang melewati sebuah pekuburan berdoa pada Allah SWT agar Ia menghidupkan satu mayat dari pekuburan itu sehingga mereka bisa mengetahui gambaran sakaratul maut. Dengan izin Allah melalui suatu cara tiba-tiba mereka dihadapkan pada seorang pria yang muncul dari salah satu kuburan. “Wahai manusia !”, kata pria tersebut. “Apa yang kalian kehendaki dariku? Limapuluh tahun yang lalu aku mengalami kematian, namun hingga kini rasa perih bekas sakaratul maut itu belum juga hilang dariku.”
Dalam sebuah riwayat dikatakan bahwa pernah Malaikat Izrail berkunjung ke Nabi Idris dan kemudian terjadi dialog antara mereka berdua,
“Aku punya keinginan kepadamu”. Tutur Nabi Idris a.s
“Apa itu? Katakanlah!” . Jawab Malaikat Izrail.

Kematian

Mati adalah kata yang tidak disukai oleh kebanyakan orang. Banyak yang menghindar darinya. Kematian itu sendiri tentunya lebih ditakuti dari sekadar kata mati. Tidak hanya oleh manusia, binatang pun takut mati. Seakan tidak ada yang sudi mati.

Hal ini wajar bagi makhluk yang bernyawa, karena mati merupakan sebab berpisahnya seorang dari hal yang ia senangi, berpisah dari dunia dan segala isinya. Sementara manusia memang mencintai dunia dan seisinya. Sebagaimana firman Allah Subhaanahu Wata'ala,  yang artinya; “Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).” (QS. Al-Imran: 14).


Di sisi lain, ada yang menyangka bahwa kematian menjanjikan ketenangan. Karenanya, kita sering mendengar kasus bunuh diri. Orang itu mengira kematian merupakan solusi ampuh untuk mengatasi semua masalah. Ada juga golongan manusia yang sepanjang harinya bermaksiat, seakan-akan maut tidak akan menjemputnya. 


Hidup Tak Kekal

Senin, 13 Mei 2013

DEMI SEBELAH SAYAP NYAMUK


Oleh : Iwan Januar


Bila saya menawarkan sebelah sayap nyamuk pada Anda, bersediakah Anda membelinya? Saya jual murah. Masih kurang? Saya jual dua-duanya, Anda dapat sepasang sayap. Bagaimana kalau dengan nyamuknya? Mau? Bagaimana kalau se-ons nyamuk, kembali, saya jual murah, cukup dengan dua ribu rupiah Anda mendapatkan 1 ons nyamuk.

Tidak. Saya tidak sedang gila, say...a sedang mengingatkan kita semua, soal apa yang sudah, sedang dan kita cita-citakan dalam hidup kita di dunia. Entah mungkin Anda mengimpikan karir yang tertentu, CEO misalnya. Atau anda ingin memiliki perusahaan sendiri. Atau Anda memimpikan rumah yang asri dan nyaman seperti yang dimiliki Irjen Djoko Susilo lengkap dengan mobil mewahnya, dsb.

Saya ingatkan diri Anda dan diri saya yang acapkali liar, bahwa dunia dalam pandangan Allah ternyata tidak lebih dari sebelah sayap nyamuk. Binatang nan kotor, penyebar penyakit dan menyebalkan itu adalah ‘bobot’ dunia bagi Allah SWT. Itulah yang dipesankan Rasulullah saw. untuk kita semua.

لَوْكاَنَتِ الدُّنْيَا تَعْدِلُ عِنْدَ اللهِ جَناَحَ بَعُوْضَةٍ، ماَ سَقَى كاَفِرًا مِنْهَا شُرْبَةَ مَاءٍ

“Seandainya dunia ini di sisi Allah punya nilai setara dengan sebelah sayap nyamuk niscaya Allah tidak akan memberi minum seorang kafir seteguk air pun.” (HR. At-Tirmidzi, dishahihkan Al-Imam Al-Albani dalam Ash-Shahihah no. 940).